Borobudur dan Segala Keunikan di Sekitarnya




Sunday, December 4, 2011


Candi Borobudur selalu menampakkan kegagahannya, meskipun pada saat erupsi Gunung Merapi, candi Borobudur sempat tertimbun hingga belasan centimeter oleh abu vulkanik. Kini, sedikit pun tak ada sisa abu vulkanik yang mengerubuti Borobudur, yang ada hanyalah keindahan alam, kekokohan batu-batu penyusun candi dengan segala ukiran-ukiran.

Kemegahannya telah mengusik seorang kawan dari jauh, tepatnya dari Kalimantan Barat, atau mereka sering menyebut Pulau Kalimantan dengan sebutan Pulau Borneo. Berada di seberang pulau tempat aku tinggal. Mereka sengaja datang untuk menghampiri Borobudur dari dekat, bahkan menaikinya. Tanpa basa basi, aku pun mengiyakan karena lagi-lagi Borobudur selalu mengesankan bagiku.


Setibanya di depan Borobudur, ternyata kami diminta mengenakan Batik sebelum menaiki candi. Dengan senang dan rasa bangga, aku mengenakannya. Tak lama, kami pun sampai di depan candi. Begitu besar dan megahnya, berwana hitam mengkilat terkena sinar mentari yang siang itu sedang berada di puncak kepala.

Perjalanan dimulai. Mengitari candi dari tingkat paling bawah hingga puncaknya. Mengamati satu per satu gambar-gambar yang terukir di batuan candi, serta memandang bukit-bukit di sekeliling candi yang menghijau. Tak jarang, gunung Merapi mengintip dari kejauhan ketika awan-awan itu tersibak mengijinkan Merapi memandang Borobudur.

Dari puncaknya, dapat melihat pemandangan yang indah, tapi sayangnya, seorang petugas dengan membawa peluit mengingatkan kami bahwa hanya boleh berada di puncak selama 10 menit. Belum puas berada di puncak, rasa lelah pun mengahmpiri, serta sengatan sinar mentari membuat keringat mengucur deras membasahi pakaian. Tak tahan kaki ini menopang berat tubuh, akhirnya kusandarkan pada batuan candi. Belum sempat pantat ini menggapai tempatnya, si petugas meniupkan peluit dan berkata “Mas, mohon jangan duduk”. Sial, dengan jengkel aku pun pergi mencari tempat lain.

Sembari menghindar dari petugas peluit itu, aku pun terheran melihat beberapa patung Budha, yang tidak mempunyai kepala. Apakah ini sengaja, atau karena kerusakan? Satu per satu aku perhatikan. Namun, sayangnya tak ada satu pun yang bisa memberi penjelasan, bahkan petugas peluit itu pun tak bisa menjelaskan dengan detail.

Dengan membawa rasa penasaran, aku pun menuruni candi da bersiap untuk pulang. Di tengah perjalanan—masih di halaman candi—seorang perempuan menghampiri dan memberikan informasi bahwa ada sebuah Galeri Unik dan Seni Borobudur yang letaknya tak jauh dari candi. Kami pun langsung menuju galeri itu.


Sebelum memasuki galeri, aku istirahat sebentar di depan pintu. Aku mendapati lukisan pada dinding galeri yang menurutku sangat unik. Ada semacam artefak yang gambarnya adalah Marilyn Monroe, Enstein, Roma Irama, Gajah, Budha, dan lain sebagainya aku tidak begitu mengerti siapa yang ada di dalam gambar itu.



Kemudian aku melanjutkan untuk memasuki galeri. Di dalamnya, ada patung Budha kecil sudah menyambut dari balik paviliun mungil. Aku sangat kaget mendapati patung Budha yang terbuat dari emas yang hanya berukuran tak lebih dari jempol bayi manusia.

Di tengah galeri, aku pun diawasi sepasang boneka Loro Blonyo yang ukuranya sangat besar. Bahkan tingginya bisa dua atau tiga kali lipat tinggi badanku. Di tengah boneka Loro Blonyo raksasa itu, terdapat boneka Loro Blonyo terkecil. Ukurannya hampir sama dengan patung Budha terkecil yang tadi. Luar biasa. Aku semakin terkagum dengan galeri ini dan melanjutkan untuk naik ke lantai dua.

Begitu sampai di lantai dua, terlihat sosok manusia kecil tengah duduk di antara papan-papan yang dipakai untuk memajang foto dan gambar-gambar. Dengan senangnya aku menghampirinya, tapi saking asyiknya ngobrol, hingga lupa menanyakan namanya. Tinggi badanya tak lebih dari satu meter, bahkan ketika aku jongkok pun dia masih tetap lebih pendek dariku.


Setelah puas mengobrol, aku pun melanjutkan mengitari galeri. Melihat foto dan gambar-gambar yang terpajang di papan. Semuanya unik. Ada foto rambut terpanjang, lidah terpanjang, manusia elastis, dan masih banyak lagi hal-hal unik lainya.




Kemudian aku melihat beberapa benda yang berada dalam kotak kaca. Benda itu ternyata adalah keris terkecil, ada pula origami terkecil. Benar-benar tak habis pikir bagaimana cara membuatnya.

Begitu membalikkan badan, aku berhadapan dengan pakaian terbesar yang mungkin muat lebih dari 50 orang jika memakainya. Ada juga boneka Anoman yang besarnya sama dengan ukuran pakaian itu.

Tak terasa, aku pun mendekati pintu keluar galeri. Ternyata masih ada satu kejutan lagi, ada sebuah patung dengan dada berlubang duduk bersila. Setelah kuamati dengan cermat, aku merasa mengenal sosok patung itu. Ternyata patung itu adalah patung Gus Dur. Patung ini dibuat oleh seniman yang aku lupa namanya, yang sengaja membuat patung menyerupai Budha dengan wajah Gus Dur.


Begitu terpukau aku mendapati seisi galeri. Tentu tidak berlebihan jika namanya adalah Galeri Unik dan Seni Borobudur.

Selamat berkunjung dan menikmati segala keunikan yang ada di dalamnya....

Borobudur, 4 Desember 2011

4 comments:

  1. terakhir ane kesana 2 tahun lalu. jadi rindu suasananya. rindu jogja juga.

    ReplyDelete
  2. iya. memang jogja sll membuat rindu mas. kapan2 kesini lagi ya. hehe.. mas asli mana?

    ReplyDelete
  3. luar biasa..
    artikel yg menarik..
    aku sudah follow blognya.

    aku tunggu followbacknya yah.. thank you..

    http://sdftyujklvbn.blogspot.com/p/guestbook_07.html

    ReplyDelete

 

Aku

Powered by Blogger.

Jantan Putra Bangsa adalah seorang Pecinta Kampung, Kretek, Jamu, Rempah, Kopi dan Seluruh Kekayaan Alam Nusantara. Meluapkan kecintaannya itu melalui kata-kata, tulisan, dan kesenian. Bisa dihubungi melalui jejaring social Instagram @Jantanpb maupun melalui surat elektronik jantanmail@gmail.com

Copyright © 2015 • Jantan Putra Bangsa